A.
Sistem
Pemerintahan Madinah :
· Mengamalkan pemerintahan demokrasi
melalui konsep syura dan musyawarah.
· Pemerintah tertinggi ialah Rasulullah
(zaman nabi Muhammad s.a.w) dan Khalifah (pada zaman Khulafa’ ar Rasyidin).
·
Badan pemerintah tertinggi ialah majlis
syura (ditubuhkan secara rasmi semasa zaman Umar al-Khattab).
·
Sistem perundangan dikuatkuasakan
melalui penggubalan Sahifah Madinah.
B.
Bentuk
Pentadbiran :
Majlis Syura
· Terdiri dari pada semua umat Islam dan
sahabat rasulullah.
· Tidak ada tempoh persidangan tetapi
mengikut kepentingan Negara dan situasi politik.
· Semua rakyat bebas mengemukakan idea dan
pandangan untuk kemajuan Negara (kecuali bidang agama).
· Khalifah Umar al Khattab telah
mengemaskinikan majlis syura dengan mewujudkan dua jenis majlis syura iaitu Majlis Syura Tertinggi dan Majlis Syura Am.
C.
Sumber
Perundangan :
Piagam Madinah
·
Digubal pada satu dan dua Hijrah yang
merupakan sumber perundangan di Madinah.
·
Perlembagaan bertulis yang pertama
didunia juga dikenali Sahifah Madinah atau Perlembagaan Madinah.
·
Mengandungi 47 fasal berkaitan
tanggungjawab orang Islam dan Yahudi.
·
Hukuman berdasarkan Al Quran iaitu
hudud, qisas dan takzir.
· Pada zaman Umar al Khattab, jabatan
kehakiman dipisahkan dari jabatan-jabatan lain dan membentuk mahkamah kadi-kadi
khas bagi menguruskan perbicaraan dan peraturan-peraturan kehakiman yang
tertentu.
D.
Negara Madinah
dan Konstitusi Madinah
Selama kurang
lebih 13 tahun di Mekah, Nabi Muhammad dan umat Islam belum mempunyai kekuatan
dan kesatuan politik yang menguasai suatu wilayah. Umat Islam menjadi satu
komunitas yang bebas dan merdeka setelah pada tahun 622 M hijrah ke Madinah
yang sebelumnya disebut Yatsrib. Jika di Mekah mereka sebelumnya merupakan umat
lemah yang tertindas, maka di Madinah mereka mempunyai
kedudukan yang baik, kuat, dan dapat berdiri sendiri.
Komunitas
Islam itu terdiri dari para pengikut Nabi yang datang dari Mekah (Muhajirin)
dan penduduk Madinah yang telah memeluk Islam serta yang telah mengundang Nabi
ke Madinah (Anshar). Di antara penduduk Madinah terdapat juga komunitas lain,
yaitu orang Yahudi dan sisa-sisa orang Arab yang belum memeluk Islam. Umat
Islam di Madinah merupakan bagian dari masyarakat yang majemuk.
Tidak
lama sesudah hijrah ke Madinah, Muhammad saw membuat suatu piagam politik untuk
mengatur kehidupan bersama. Ia memandang perlu meletakkan aturan pokok tata
kehidupan bersama di Madinah agar terbentuk kesatuan hidup di antara seluruh
penduduknya. Dalam piagam itu dirumuskan prinsip-prinsip dan dasar-dasar tata
kehidupan bermasyarakat, kelompok-kelompok
sosial Madinah, jaminan hak, dan ketetapan kewajiban. Piagam Madinah itu juga
mengandung prinsip kebebasan beragama, hubungan antar kelompok, kewajiban
mempertahankan kesatuan hidup, dan sebagainya. Insiatif dan usaha Muhammad
dalam mengorganisir dan mempersatukan
pengikutnya dan golongan lain, menjadi suatu masyarakat yang teratur, berdiri
sendiri, dan berdaulat yang akhirnya menjadi suatu negara di bawah pimpinan
Nabi sendiri merupakan praktek siyasah, yakni proses dan tujuan untuk mencapai
tujuan.
Masyarakat
tersebut dibentuk berdasarkan perjanjian tertulis yang disebut shahîfah
dan kitâb. Perjanjian itu oleh
kebanyakan penulis dan peneliti sejarah Islam serta para pakar politik Islam
disebut sebagai konstitusi negara Islam pertama. Sebutan konsitusi oleh para
ahli sejarah tersebut menjadikan piagam Madinah menarik untuk dibahas, karena
di antara ketetapan di dalamnya tidak ada yang menyebut tentang bentuk
pemerintahan, struktur kekuasaan, perangkat-perangkat pemerintahan sebagaimana
lazimnya suatu konstitusi.
Dalam
Piagam tersebut dirumuskan kebebasan beragama, hubungan antar kelompok, kewajiban
mempertahankan kesatuan hidup dengan membangun tatanan hidup bersama yangmantap
dan riil dengan mengikutsertakan semua golongan sekalipun berbeda ras,
keturunan, golongan dan agama. Menurut Harun Nasution, Piagam Madinah tersebut
mengandung aturan pokok tata kehidupan bersama di Madinah, agar terbentuk
kesatuan hidup di antaraseluruh penghuninya. Kesatuan hidup ini dipimpin oleh
Muhammad SAW sendiri. Kesepakatan contract social inilah yang menjadi
dokumen konstitusi bagi lahirnya negara yang berdaulat. Dengan demikian, di
Madinah Nabi Muhammad bukan hanya mengemban tugas-tugas keagamaan sebagai
Rasulullah, melainkan juga sebagai kepala Negara.
Sistem
pemerintahan Negara Madinah secara keseluruhan dengan konstitusinyamenganut
paham Desentralisasi. Masalah intern kelompok diselesaikan oleh kelompok
masing-masing, kecuali menyangkut masalah yang berhubungan dengan kelompok
lain. Masalahtersebut ditangani oleh Rasulullah. Munawir Syazali menyimpulkan
prinsip dasar Piagam ini sebagai berikut:
1.
Semua pemeluk Islam, meskipun berasal
dari banyak suku, tetapi merupakan satukomunitas.
2.
Hubungan antara anggota komunitas Islam
dengan anggota komunitas yang laindidasarkan atas prinsip-prinsip.
3.
Bertentangga baik.
4.
Saling membantu dalam menghadapi musuh
bersama.
5.
Membela mereka yang teraniaya.
6.
Saling menasehati.
7.
Menghormati kebebasan beragama.
Melihat
keterangan-keterangan dari Munawir Syazali di atas, dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa konsep Piagam Madinah, yang dicetuskan oleh Rasulullah merupakan
konsepyang ideal untuk sebuah negara dalam Islam, dan itu merupakan
undang-undang yang pertamaditulis di dunia.Muhammad Thahir Azhari mengemukakan
konsep Negara dalam Islam Nomokrasi (negara hukum) bukan teokrasi. Beliau mengemukakan
negara hukum (nomokrasi) Islammemiliki prinsip-prinsip umum sebagai berikut:
1.
Prinsip kekuasaan sebagai Amanah.
2.
Prinsip keadilan.
3.
Prinsip Persamaan.
4.
Prinsip pengakuan dan perlindungan
terhadap HAM.
5.
Prinsip peradilan bebas.
6.
Prinsip Perdamaian.
7.
Prinsip Kesejahteraan.
8.
Prinsip ketaatan rakyat.
Adapun
menurut Rasyid Ridha tahapan-tahapan menuju gagasan negara Islam:
1.
Negara Teokrasi yang berdasarkan atas
hukum Tuhan bukan atas kontrak sosialdan bukan pada rasio (akal) sebagaimana
yang dinyatakan kaum Mu’tazilah.
2.
Memeriksa semua kesulitan praktis yang
menghambat rahabilitasi kekhalifahan (kesulitan mencari orang yang tepat
menjadi khalifah dan tempat yang tepat menjadi ibu kotanya).
Dari
dua konsep yang berbeda di atas pemakalah agaknya tertarik kepada
konsepMuhammad Thahir Azhari yang mengemukakan Konsep Negara dalam Islam
Nomokrasi (Negara Hukum) bukan Teograsi (Negara Ketuhanan) seperti konsep
Rasyid Ridha.
Karena
konsep Nomokrasi penekanannya pada hukum (konstitusi) dalam hal ini
tentunyayang kita kehendaki hukum yang tidak bertentangan dengan syari’at
Islam. Jadi di sini sistem yang harus ditegakkan dan kuat. Sebagaimana
dilontarkan Prof. Dr. H. Yusril Ihza Mahendra SH, saya ingin membangun sistem
bernegara yang kuat yang dalam hal ini Negara bukan tunduk kepada orang
melainkan kepada sistem meskipun antara orang dan sistem mempunyai
hubungantimbal balik dan sulit dipisahkan. Tapi kalau sistem yang kuat dan
disepakati untuk dijalankanmaka siapapun yang memimpin tidak ada masalah karena
ia tunduk pada hukum yang berlaku. Contoh : semua hakim yang ada dipecat,
diganti dengan hakim yang baru dan bekerja pada sistem yang sama, perubahan
yang diinginkan tidak pernah terjadi orang-orang baru tidak akan berdayamereka
akan tergilas oleh sistem yang ada.
Merujuk
ke Piagam Madinah, secara eksplisit tertulis nama beberapa golongan
dan beberapa suku. Nampaknya, Rasulullah sangat mengetahui tentang keadaan
dan politik setiapkelompok tersebut. Nabi Muhammad SAW dapat menepatkan diri
sebagai pemimpin Madinah ditengah-tengah berbagai suku yang mengamininya
sebagai pemimpin masyarakat. Islamditanamkan oleh beliau sebagai satu kesatuan
Agama dan Politik Rasulullah berhasilmenciptakan satu bangsa di bawah satu
naungan kepemimpinan, suatu perwujudan dari gagasan besar berupa prinsip
kehidupan nasional Arabia, dan beliau mampu menjadikan Islam sebagaiagama yang
menghasilkan rekonsiliasi. Ini berarti Rasulullah adalah menjadi
pemimpinkeagamaan dan juga pemimpin Pemerintahan (Kepala Negara).
Dan
menjunjung tinggi HAM, sekaligus pencetus konsep HAM pertama di dunia secara
yuridis formal. Walaupunmenurut penyelidikan Ilmu pengetahuan, sejarah hak-hak
asasi manusia barulah tumbuh dan berkembang pada masa John Locke dan Rowseau
(tokoh hukum alam). Merekalah yang memberikan inspirasi kepada revolusi
negara-negara besar untuk mencantumkan di dalamkonstitusinya. Untuk pertama
kali dengan resmi dipakai dalam Declaration of Indefedence (Amerika) tahun
1776, atas jasa Thomas Jeferson. Kemudian menjadi Konstitusi Negara Amerika
tahun 1897. kemudian diikuti Perancis tahun 1791. belgia tahun 1881, dan
akhirnya diikuti PBB melalui Universal Declaration of Human Rights tanggal 10
Desember 1948.
Di
Indonesia UUD 45 baru ada di 4 pasal dari 37 pasal yaitu pasal 27 ayat 1 dan 2.
Pasal 28, pasal 29 dan pasal 31. Padahal kalau mereka mau jujur justru mereka
itu diilhami oleh al-Qur’an (14 abad yang lalu) dan Piagam Madinah (abad 6 M)
Lihat QS. Al-Hijr 23 dan Al-Qaaf: 43 tentang hak hidup. Kemerdekaan dan
keamanan pribadi. Al-Baqarah 178 tentang Qishash.
Dengan
eksistensi Nabi yang begitu cepat menjadi pemimpin legal dan diikuti
olehmasyarakat, tentu Nabi secara bertahap menyusun strategi yang dapat
mengantarkan kepadaadanya satu kesatuan politik yang mapan pada sebuah negara
yang baru bediri. Maka setelahdelapan bulan berada di Madinah, nabi Muhammad
mengirim pasukan berjumlah 30 orangdipimpin pamannya Hamzah bin Abdul Muthalib
ke daerah Isa di tepi laut merah, mereka bertemu 300 orang pasukan Quraisy
di bawah pimpinan Abu Hahal bin Hisyam antara kedua pasukan tidak terjadi
kontak senjata.
Kemudian
Nabi mengirim 60 orang dipimpin Ubaidah bin Al-Harits ke Wadi Rebigh, suatu
tempat berair di Hijaz. Mereka bertemu 200 orang pasukan Quraisy dipimpin Abu
Sufyan tetapi tidak terjadi perang. Setelah 12 bulan nabi Muhammad memimpin
rombongan menujuAbwa di sana beliau mengadakan persekutuan dengan Bani Damrah
Sebulan setelah itu beliaumemimpin 200 orang kaum muslimin ke Buwath, dua bulan
kemudian ke daerah Usyayrah diwilayah Yanbu beliau mengadakan perjanjian
perdamaian dengan Bani Mudlij dan sekutu-sekutunya dari Bani Damrah.
DAFTAR
PUSTAKA
Arnold,
T. W, The Preiching of Islam, Lahore: Ashraf Printing Press ,1979
As-siba’I,
Mustafa, Sari Sejarah Perjuangan Rasulullah SAW, Jakarta: Media Dakwah, 1997
As-siqa,
Mushthafa,dkk, Sirah An-Nabawiyah li Ibni Hisyam, Beirut: Dar Ihya’ At-Turats
al-‘Araby,
Juz II
Azhary,
Muhammad Thahir, Negara Hukum Jakarta: Bulan Bintang, 1992, Cet. I
Chalil,
Moenawar, Kelengkapan Tarekh Nabi Muhammad. SAW, Jakarta: Bulan Bintang, 1980
Dalizar,
Konsep Al-Quran Tentang Hak Asasi Manusia, Jakarta: Pustaka al-Husna, 1987
Enayat,
Hamid, Reaksi Politik Sunni dan Syiah, Bandung: Pustaka, 1988
Haikal,
Muhammad Husen, Sejarah Hidup Muhammad, Jakarta: PT. Pustaka Litera Antar Nusa,
2000
HAMKA,
Sejarah Umat Islam, Jakarta: Bulan Bintang, T.th, Jilid I.
Karya,
Soekarna dkk, Ensiklopedi Mini Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jakarta: Logos.
1996
Kawiyan
(Ed), Membangun Indonesia Yang Demokratis dan Berkeadilan, Gagasan,
Pemikiran, dan Sikap Politik Yusril Ihza
Mahendra, Jakarta; Global Publika, 2000
Nasution, Harun, 1985, Islam di Tinjau dari berbagai
Aspek, Jakarta: UI Press, 1985, Jilid.I.
Sjadzali,
Munawir, 1993, Islam dan Tata Negara:
Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Sou’yb,
Joesoef, Sejarah Khulafa al-Rasydin,
Jakarta: Bulan Bintang, 1979
Sukardja,
Ahmad, Piagam Madinah dan UUD 1945, Jakarta: UI Press, 1995
Syazali,
Munawir, Islam dan Tata Negara, Jakarta: UI Press, 1990
Pulungan,
J. Suyuthi, 1996, Prinsip-Prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah Ditinjau
dari Pandangan al-Qur’an, Jakarta: Rajawali Pers.
Wafi,
Ali Abdul Wahid, Ibnu Khaldun Riwayat dan Karyanya, Jakarta: Grifiti Pers, 1985
Yatim,
Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998,
jilid.II.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar