Hijrah
Nabi Ke Madinah
- Rencana-rencana jahat kafir Quraisy terhadap diri Nabi Muhammad dan kaum Muslimin diantaranya,
2.
Fitnah tentang Nabi Muhammad dituduh juru
penerang yang memecah belah masyarakat
- Abu Jahal sangat memusuhi Nabi Muhammad sehingga dia ingin membunuhnya
- Kaum Muslimin yang di Makkah dikucilkan oleh masyarakat Makkah selama tiga tahun.
Melihat
kenyataan seperti itu akhirnya nabi memandang bahwa kota Makkah tidak dapat
dijadikan lagi pusat dakwah. Karena itu, Nabi pernah mengunjungi beberapa
negeri seperti Thaif, untuk dijadikan sebagai tempat pusat dakwah, namun
ternyata tidak bisa, karena penduduk Thaif juga memusuhi Nabi. Oleh karena itu,
Nabi memilih kota Madinah ( Yastrib ) sebagai tempat hijrah kaum
Muslimin, dikarenakan beberapa faktor antara lain :
- Madinah adalah tempat yang paling dekat dengan Makkah
- Sebelum jadi Nabi, Muhammad telah mempunyai hubungan yang baik dengan penduduk madinah karena kakek nabi, Abdul Mutholib, mempunyai istri orang Madinah
- Penduduk Madinah sudah dikenal Nabi bahwa mereka memiiki sifat yang lemah lembut
- Nabi Muhammad SAW mempunyai kerabat di madinah yaitu bani Nadjar
- Bagi diri Nabi sendiri, hijrah ke Madinah karena perintah Allh SWT.
Pada tahun ke-13 sesudah Nabi Muhammad diutus,
73 orang penduduk Madinah berkunjung ke Makkah untuk mengunjungi Nabi dan
meminta beliau agar pindah ke Madinah. Dikarenakan, ada beberapa faktor yang
menyebabkan penduduk Madinah mudah menerima ajaran Islam yaitu :
- Bangsa arab Yastrtib lebih memahami agama-agama ketuhanan Karena mereka sering mendengar tentang Allah, wahyu, kubur, hisab, berbangkit, surga dan neraka.
- Penduduk Yastrib memerlukan seorang pemimpin yang mampu mempersatukan suku-suku yang saling bermusuhan.
Pemuda-pemuda yang
sudah disiapkan Quraisy untuk membunuhnyamalam itu sudah mengepung
rumahnya, karena dikuatirkan ia akanlari.
Pada malam akan
hijrah itu pula Muhammad membisikkankepada Ali b. Abi Talib supaya
memakai mantelnya yang
hijaudari Hadzramaut dan
supaya berbaring di
tempat tidurnya.Dimintanya supaya sepeninggalnya nanti
ia tinggal dulu
diMekah menyelesaikan barang-barang amanat orang yang
dititipkankepadanya. Dalam pada itu pemuda-pemuda yang sudah
disiapkan
Quraisy, dari
sebuah celah mengintip ke tempat tidur Nabi.Mereka melihat
ada sesosok tubuh di
tempat tidur itu
danmerekapun puas bahwa dia belum lari
Tetapi, menjelang larut malam waktu itu, dengan tidak setahumereka Muhammad sudah keluar menuju ke rumah Abu Bakar. Keduaorang itu kemudian keluar dari jendela pintu belakang, danterus bertolak ke arah selatan menuju gua Thaur. Bahwa tujuankedua orang itu melalui jalan sebelah kanan adalah di luardugaan.Sementaraitu pihak Quraisy berusaha sungguh-sungguh mencari merekatanpa mengenal lelah. Betapa tidak. Mereka melihat bahayasangat mengancam mereka kalau mereka tidak berhasil menyusulMuhammad dan mencegahnya berhubungan dengan pihak Yastrib.
Sepasukan orang
kafir telah sampai di depan goa Tsur. Mereka mendapati adanya sarang laba-laba
di mulut goa. Mereka pun berkesimpulan bahwa Rasulullah (SAW) tidak masuk
kedalam goa, sebab jika beliau (SAW) memasuki goa maka tentu sarang laba-laba
itu telah rusak. Sekelompok yang lain, juga sampai di mulut goa itu dan
mendapati sebuah sarang burung lengkap dengan beberapa butir telur burung yang
berada tepat di mulut goa Tsur. Mereka pun berkesimpulan bahwa Rasulullah (SAW)
tidak pernah masuk kedalam goa ini, sebab jika hal itu terjadi maka tentulah
jaring laba-laba dan sarang burung itu sudah tidak lagi berada pada tempatnya.
Tiada seorang yang mengetahui tempat persembunyian merekadalam gua itu selain Abdullah bin Abu Bakar, dan kedua orangputerinya Aisyah dan Asma, serta pembantu mereka 'Amir bin Fuhaira. Tugas Abdullah hari-hari berada di tengah-tengahQuraisy sambil mendengar-dengarkan permufakatan merekaterhadap Muhammad, yang pada malam harinya kemudiandisampaikannya kepada Nabi dan kepada ayahnya. Sedang 'Amirtugasnya menggembalakan kambing milik Abu Bakar' sorenyadiistirahatkan, kemudian mereka memerah susu dan menyiapkandaging. Apabila Abdullah bin Abu Bakar keluar kembali daritempat mereka, datang 'Amir mengikutinya dengan kambingnyaguna menghapus jejaknya.
Rasullah (SAW) dan Abu Bakar (RA) tinggal di dalam goa Tsur pada hari Jum’at, Sabtu, dan Ahad.
Pada hari ketiga, mereka berdua
sudah mengetahui bahwa situasi sudah tenang kembali mengenai diri mereka. Orang
yang disewa sebagai penunjuk jalan datang membawakan unta kedua orang itu serta
untanya sendiri. Asma puteri Abu Bakar juga datang membawakan makanan. Oleh
karena ketika mereka akan berangkat tidak ada sesuatu yang dapat dipakai
menggantungkan makanan dan minuman pada pelana barang, Asma, merobek ikat
pinggangnya lalu sebelahnya dipakai menggantungkan makanan dan yang sebelah
lagi diikatkan. Karena itulah dia diberi nama “dhat’n-nitaqain” (yang bersabuk
dua).
Mereka berangkat dan melanjutkan
perjalanan dengan perbekalan yang diberikan oleh putrinya. Karena mereka
mengetahui pihak Quraisy sangat gigih dan hati-hati sekali membuntuti mereka
maka dalam perjalanan ke Yatsrib Nabi Muhammad dan Abu Bakar mengambil jalan
yang tidak pernah dilalui manusia. Abdullah bin Uraiqit dari Banu Du’il sebagai
penunjuk jalan, membawa mereka hati-hati sekali ke arah selatan di bawahan
Mekah, kemudian menuju Tihama di dekat pantai Laut Merah. Oleh karena mereka
melalui jalan yang tidak biasa ditempuh orang, penunjuk jalan membawa mereka ke
sebelah utara di seberang pantai itu, dengan agak menjauhinya, mengambil jalan
yang paling sedikit dilalui orang.
Kedua orang itu beserta penunjuk
jalannya sepanjang malam dan di waktu siang berada di atas kendaraan. Tidak
lagi mereka pedulikan kesulitan dan rasa lelah. Mereka hanya percaya bahwa
Allah akan menolong mereka.
Orang Quraisy mengadakan sayembara
bagi siapa saja yang dapat mengembalikan mereka berdua atau dapat menunjukkan
tempat mereka maka hadiah dan kehormatan menantinya. Wajar sekali hal ini
menarik hati masyarakat pada waktu itu. Tidak lama setelah sayembara diadakan,
tersiar kabar bahwa ada seseorang yang melihat serombongan dengan tiga unta.
Ternyata dugaan mereka tidak meleset dan mereka adalah mangsa yang selama ini
mereka cari. Waktu itu Suraqa bin Malik bin Ju’syum hadir dan mengatakan
mungkin mereka keluarga si fulan dengan maksud mengelabui orang itu, sebab dia
sendiri ingin memperoleh hadiah seratus ekor unta. Tidak lama kemudian Suraqa
bin Ju’yum mendatangi tempat yang dimaksud dan dia menemukan Nabi Muhammad
beserta kedua temannya sedang beristirahat di bawah naungan sebuah batu besar
embari menyantap bekal yang diberikan oleh asma, putri Abu bakar. Pada saat
itu, kekuasaan Allah ditunjukkan. Setiap kali Suraqa bin Ju’syum mendekati
rombongan Nabi Muhammad kudanya selalu tersungkur. Hal itu berulang sampai
empat kali. Suraqa yang percaya kepada dewa berfikir bahwa itu adalah pertanda
buruk sehingga dia mengurungkan niatnya dan kembali ke Mekah dengan membawa pesan
tertulis yang ditulis Abu Bakar. Surat itu berisi supaya jika ada yang ingin
mengejar muhajir besar itu untuk dikaburkan.
Muhammad dan kawannya itu kini
berangkat lagi melalui pedalaman Tihama dalam panas terik yang dibakar oleh
pasir Sahara. Mereka melintasi batu-batu karang dan lembah-lembah curam. Mereka
tidak mendapatkan sesuatu yang akan menaungi diri mereka dari letupan panas
tengah hari, tak ada keamanan dari apa yang mereka takuti atau dari yang akan
menyerbu mereka tiba-tiba, selain dari ketabahan hati dan iman yang begitu
mendalam kepada Tuhan.
Selama tujuh hari terus-menerus
mereka berjalan. Mereka hanya beristirahat di bawah panas membara musim kemarau
dan berjalan lagi sepanjang malam mengarungi lautan padang pasir. Hanya karena
adanya ketenangan hati kepada Allah dan adanya kedip bintang-bintang yang
berkilauan dalam gelap malam itu, membuat hati dan perasaan mereka terasa lebih
aman. Mereka selalu yakin jika allah akan selalu bersama mereka.
Jarak mereka dengan Yastrib kini
sudah dekat sekali.
Selama mereka dalam perjalanan yang
sungguh meletihkan itu, berita-berita tentang hijrah Nabi Muhammad dan
sahabatnya sudah tersiar di Yastrib. Penduduk kota sudah mengetahui betapa
kedua orang ini mengalami kekerasan dari kaum Quraisy yang terus-menerus
membuntuti. Oleh karena itu, semua kaum Muslimin tetap tinggal di tempat itu
menantikan kedatangan Rasulullah dengan hati penuh rindu ingin melihatnya,
ingin mendengarkan tutur katanya. Banyak di antara mereka yang belum pernah
melihatnya meskipun sudah mendengar tentang keadaannya dan mengetahui pesona
bahasanya serta keteguhan pendiriannya. Semua itu membuat mereka semakin rindu
ingin bertemu. Orangpun sudah akan dapat mengira-ngirakan, betapa dalamnya hati
mereka itu terangsang tatkala mengetahui, bahwa orang-orang terkemuka Yatsrib
yang sebelum itu belum pernah melihat Nabi Muhammad sudah menjadi pengikutnya
hanya karena mendengar dari sahabat-sahabatnya saja.
Sementara kaum Muslimin Yastrib
menunggu kedatangan Nabi Muhammad, tiba-tiba datang seorang Yahudi yang sudah
mengetahui apa yang sedang mereka lakukan itu berteriak kepada mereka (muslim
Yastrib). “Hai, Banu Qaila ini dia kawan kamu datang!”. Nabi Muhammad sampai di
Yastrib pada hari Jum’at. Nabi Muhammad pun melakukan shalat jum’at di Yastrib.
Masjid yang terletak di perut Wadi Ranuna menjadi saki akan kedatangan Nabi
Muhammad beserta sahabatnya. Kaum Muslimin dating dan masing-masing berusaha
ingin melihat serta mendekatinya. Mereka ingin memuaskan hati terhadap orang
yang selama ini belum pernah mereka lihat, hati yang sudah penuh cinta dan
rangkuman iman, dan yang selalu namanya disebut pada setiap kali sembahyang.
Orang-orang terkemuka di Madinah
menawarkan diri supaya dia tinggal di rumah mereka dengan segala persediaan dan
persiapan yang ada. Tetapi dia meminta maaf kepada mereka dan kembali ke atas
unta betinanya sembari memasangkan tali keluan pada untanya. Kemudian dia
berangkat melalui jalan-jalan di Yastrib, di tengah-tengah kaum Muslimin yang
ramai menyambutnya dan memberikan jalan sepanjang jalan yang diliwatinya itu.
Seluruh penduduk Yastrib, baik Yahudi maupun orang-orang Pagan menyaksikan
adanya hidup baru yang bersemarak dalam kota mereka. Mereka menyaksikan
kehadiran seorang pendatang baru, orang besar yang telah mempersatukan Aus dan
Khazraj, yang selama 15 tahun bermusuhan dan berperang. Tidak pernah terlintas
dalam pikiran mereka – pada saat ini, saat transisi sejarah yang akan
menentukan tujuannya – akan memberikan kemegahan dan kebesaran bagi kota mereka
selama sejarah ini berkembang.
Disela-sela berbagai permintaan
untuk tinggal, Nabi Muhammad berpikir untuk adil sehingga dia membiarkan
untanya itu berjalan kemana yang dia inginkan. Sesampainya di sebuah tempat
penjemuran kurma, kepunyaan dua orang anak yatim dari Banu’n-Najjar, unta itu
berhenti. Pada saat itulah Nabi Muhammad turun dari untanya dan bertanya:
“Kepunyaan siapa tempat ini?” tanyanya. Mereka pun menjawab “Kepunyaan Sahl dan
Suhail bin ‘Amr,” jawab Ma’adh bin
‘Afra’. Dia adalah wali kedua anak yatim itu. Fakta ini membuat kaum
muslimin Yastrib terkagum-kagum dengan keadilan-Nya. Setelah berincang-bincang
Nabi Muhammad SAW meminta supaya di tempat untanya berhenti itu didirikan
masjid dan tempat tinggalnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar