A. Istri-Istri
Rasulullah SAW
Pada
awalnya, keluarga Nabi Muhammad SAW tidak jauh berbeda dengan yang lain. Beliau
menikah dengan Khadijah binti Khuwaylid, seorang saudagar kaya yang saat itu
telah menjadi janda. Rasulullah telah bekerja sebagai manager ekspedisi perniagaan Khadijah sebelum
beliau mengawininya.
Beliau sangat mencintai dan menyayangi Khadijah sampai
akhir hayatnya, dan hanya menikah lagi sepeninggal Khadijah. Ada banyak kisah
yang menceritakan betapa cinta dan sayangnya Rasulullah SAW kepada istrinya
ini. Ismail bin Abu Khalid dari Abu Aufan ra mendengar Rasulullah saw bersabda:
“Berbahagialah Khadijah karena ia akan menerima surga dan permata yang indah,
tiada pernah terdengar pertengkaran atau kesulitan di sana”. Rasulullah juga
pernah menyebutkan bahwa sebaik-baik perempuan adalah Maryam binti Imran dan
Khadijah binti Khuwailid. Begitulah sehingga Aisyah ra seringkali cemburu
setiap kali Rasulullah saw menyebut-nyebut nama Khadijah.
Pernah suatu kali karena tidak tahan mendengar
Rasulullah menyanjung mendiang Khadijah, Aisyah berkata:
“Wahai Rasulullah…mengapa engkau selalu
mengingat-ingat dia. Bukankah Allah telah menggantikannya dengan yang lebih
baik dan lebih muda.”
Mendengar
demikian, Rasulullah menjawab:
“Demi Allah… tidak demikian halnya! Allah tidak pernah
memberikan pengganti yang lebih mulia darinya. Dialah yang beriman satu-satunya
ketika semua orang mendustakanku. Dia yang menerima, dan membenarkan aku ketika
semua orang mendustakanku. Dia pula yang melindungiku dengan hartanya di saat
semua orang menyisihkan aku. Dia pulalah yang memberiku beberapa putra, sedang
dari yang lain tidak mendapatkannya”.
Sejak itu Aisyah ra berjanji untuk tidak lagi
menyebut-nyebut Khadijah kecuali dalam kebaikan.
Kesebelas perkawinan Rasulullah SAW dilatarbelakangi
oleh beberapa hal: karena alasan pribadi, kebanyakannya adalah janda yang
ditinggal mati suaminya. Bahkan beberapa diantaranya adalah janda yang tak
seorangpun ingin mengawininya. Alasan lainnya sedikit politis, untuk menjalin
hubungan dan membangun jaringan.
Berikut ini
nama-nama “Ummahatu l-Mu’minin” menurut kronologi pernikahan mereka dengan
Rasulullah SAW:
1.
Rasulullah SAW menikah dengan Khadijah (556-619 M) pada tahun 595 M. Saat itu Khadijah telah berusia antara 40 dan 45 tahun.
Rumah-tangga beliau bertahan mesra selama 25 tahun
hingga wafatnya Khadijah. Tiga tahun sebelim Nabi hijrah ke Madinah. Dari
perkawinan ini beliau dikaruniai tujuh orang anak: tiga putra (Al-Qasim dan
Abdullah) yang meninggal dunia sewaktu masih kecil dan empat putri (Zainab,
Ruqayyah, Umm Kaltsum, dan Fatimah). Khadijah meninggal pada umur 65 tahun dan
tercatat sebagai orang pertama yang mengakui kerasulan suaminya.
2.
Selang beberapa lama setelah wafatnya Khadijah r.a, Nabi Muhammad SAW
menikahi seorang wanita Quraish, Saudah binti Zam’a (596 – 674 M) pada tahun
631 M, ketika Saudah berumur 35 tahun. Dia adalah janda dari Sakran bin 'Amr bin Abdi Syams yang turut berhijrah ke
Habsyah (Abyssinia, Ethiopia). Sejak menjanda, ia hidup sebatang kara. Andai
kembali ke keluarganya ia pasti dipaksa menjadi kafir. Oleh karena itu, Nabi
menyelamatkannya dengan menikahinya.
3.
A’isyah (614-678 M) adalah putri dari Abu Bakr. Dia berumur antara 6 hingga
9 tahun ketika Rasulullah menikahinya. Tetapi mereka baru bercampur setelah
Aisyah cukup umur, yaitu pada tahun 623/624 M. Aisyah ra adalah satu-satunya
istri Rasulullah saw yang dinikahi saat masih gadis. Banyak kelebihan yang
dimilikinya terutama dalam hal kecerdasan, keilmuan serta kepahlawanannya.
Tidak mengherankan, sebab ia mendapat bimbingan langsung dari Rasulullah saw
dalam hal ini. Selain terkenal dengan kemurahan hati dan kedermawanannya,
Aisyah juga dikenal tekun beribadah. Ia diakui sangat cerdas dan mempunyai
ingatan yang kuat. Maka banyak pemuka sahabat yang bertanya kepadanya tentang
sebagian hukum-hukum yang sulit bagi mereka. Sejumlah ayat al-Qur’an
diriwiyatkan telah turun berkenaan dengan Aisyah. Di antaranya ayat tentang
dibolehkannya tayamum dalam ketiadaan air. Begitu pula ayat yang menampik
tuduhan negatif (hadits al-ifk) dan membersihkan dirinya dari fitnah.
4.
Hafsah, 18, adalah putri dari Umar bin al-Khattab dan seorang janda dari Khunais bin Hudzaifah yang gugur
sebagai syahid dalam Perang Badar. Beliau dinikahi Rasulullah saw tidak lama setelah
perang usai. Ia pernah ikut dalam ekspedisi ke Abyssinia dan kawin dengan
Rasulullah saw pada tahun 625 M. Rasulullah saw pernah ingin menceraikannya,
akan tetapi dicegah oleh Malaikat Jibril, dan tentang hal ini, ada dua pendapat
yang berbeda. Satu menyebutkan bahwa Jibril datang setelah Rasulullah saw
menceraikannya. Jibril berkata, “Kembalilah kepada Hafsah. Dialah wanita yang
tekun berpuasa dan bangun di tengah malam. Dia wanita yang pantas menjadi
istrimu kelak di surga.” Riwayat lain menyebutkan bahwa Jibril melarang
perceraian itu ketika Rasulullah saw memutuskan untuk menceraikannya, yakni
sebelum perceraian itu terjadi. Hafsah ra lahir pada tahun 607 M. Para ahli
sejarah berbeda pendapat mengenai tahun wafatnya. Ada yang mengatakan pada 648
M, ada yang mengatakan pada 662 M dan ada juga yang mengatakan belai wafat pada
665 M.
5.
Zainab binti Khuzaimah adalah janda dari ‘Ubaidah. Beliau dikenal sebagai
Umm al-Masakin atau ibu orang miskin karena kedermawanannya. Lahir pada tahun
595 M. Hanya sempat dua bulan bersama Rasulullah, Zainab meninggal dunia pada
usia 31 tahun, yaitu pada tahun 626 M.
6.
Ummu Salamah (599–683 M) adalah janda dari Abu Salamah. Nama sebenarnya
adalah Hind binti Abi Umayyah. Ada satu kisah dimana Abu Salama menceritakan
kepada istrinya tentang kemuliaan Rasulullah saw yang amat dicintainya. Yaitu
bahwa Rasulullah saw telah bersabda: “Siapapun yang tertimpa musibah dan
mengucap inna lillahi wa inna ilaihi raji’un”, dan berdoa dengan: “Ya
Allah… saya menyerahkan musibah yang kualami ini kepada-Mu. Ya Allah…gantilah
untukku dengan yang lebih baik”, pasti Allah akan menggantikannya dan
mengabulkan permohonan itu. Doa dan ucapan itulah yang diucapkan Ummu Salamah
kala mendengar Abu Salamah gugur sebagai syahid dalam satu pertempuran. Ketika
selesai masa iddahnya, datang Abu Bakar ra meminangnya. Ummu Salamah menolak
pinangan itu. Kemudian datanglah utusan Rasulullah saw meminangnya. Akhirnya
mereka pun menikah dengan pemberian yang sama untuk semua istri.
7.
Zainab binti Jahsy, 40 tahun, adalah mantan istri Zaid bin Haritsah, anak
angkat Rasulullah saw. Setelah diceraikan suaminya, Zainab dinikahi oleh
Rasulullah saw atas perintah Allah, meskipun beliau pada awalnya enggan dan
khawatir akan dikritik masyarakat. Namun perkawinan ini agak istimewa, karena
pada acara walimahnya disuguhkan daging dan roti. Zainab binti Jahsy meninggal
pada tahun 641 M pada usia antara 50 dan 53 tahun pada masa awal pemerintahan
Khalifah Umar.
8.
Juwairiyah binti al-Harits (605-670 M), Nabi saw menikahinya untuk melunakkan hati sukunya
kepada Islam. Ia putri dari al-Harits bin Dhirar, pemimpin Bani Mustalik yang
pernah berkomplot untuk membunuh Nabi saw. Namun kemudian berhasil ditaklukkan.
9.
Ummu Habiba binti Abi Sufyan (591-665 M) adalah janda dari ‘Ubaid dan putri
dari Abu Sufyan, seorang pembesar Quraisy yang amat disegani di Mekkah dan
dikenal paling gigih menentang dakwah Nabi Muhammad saw. Nama asli Ummu Habibah
adalah Ramlah. Rasulullah saw menikahinya dengan lewat seorang utusan karena
saat itu Ummu Habibah sedang berada di Abyssinia. Beliau wafat pada zaman
pemerintahan Mu'awiyah.
10.
Shafiyyah binti Huyayy (628–672 M) adalah janda dari Kinanah, salah seorang
tokoh Yahudi yang terbunuh dalam
perang Khaibar. Shafiyah
adalah salah satu istri Rasulullah saw yang berlatarbelakang etnis Yahudi.
Sukunya diserang karena telah melanggar perjanjian yang sudah mereka sepakati
dengan kaum Muslimin. Shafiyyah termasuk
salah seorang tawanan saat itu. Nabi berjanji menikahinya jika ia masuk Islam.
Maka masuklah ia dalam Islam dan menikah dengan Rasulullah saw pada usia 17 tahun pada
628 M.
11.
Maimunah binti al-Harits (602- 681 M) adalah saudara perempuan ‘Abbas, janda dari Abd al-Rahman bin Abdil-Uzza. Ketika dinikahi oleh
Rasulullah saw, Maimuna sudah berusia 51 tahun. Ia adalah istri terakhir Nabi. Beliau menikahinya
sebagai penghormatan bagi keluarganya yang telah saling tolong menolong
dengannya.
Rasulullah juga
mempunyai dua orang hamba sahaya: 1) Rayhanah binti Zayd, seorang Yahudi Bani
Nadhir mantan tawanan perang yang kemudian dibebaskan dan dinikahi oleh
Rasulullah saw. 2) Mariyah, seorang hamba sahaya yang di hadiahkan kepadanya
oleh penguasa Mesir. Darinya lahir putra Rasulullah saw yang bernama Ibrahim
(meninggal ketika masih berumur dua tahun).
B.
RUMAH-RUMAH ISTRI NABI SAW
Ketika rombongan keluarga Nabi SAW dan Abu Bakar
Ash-Shiddiq ra. sampai di Madinah, ketika itu Rasulullah SAW sedang membangun
masjid dan ruangan-ruangan di sekeliling masjid itu. Lalu Nabi SAW menempatkan
mereka di sebuah rumah milik Haritsah bin Nu'man ra. Rasulullah SAW
menyempurnakan pernikahannya dengan 'Aisyah di ruangan itu. Dan Rasulullah SAW
pun dikuburkan di tempat yang sama. Haritsah bin Nu'man memiliki beberapa rumah
di sekitar masjid Nabawi. Apabila Rasulullah SAW menikahi seseorang, maka Haritsah
akan pindah dari rumahnya demi beliau, sehingga akhirnya semua rumahnya
digunakan untuk Rasulullah SAW dan istri-istri beliau. Nabi SAW membuat pintu
masuk ke masjid meialui pintu kamar 'Aisyah. Sehingga diriwayatkan bahwa ketika
beliau sedang beri'tikaf, beliau nienjengukkan kepalanya dari masjid lewat
pintu 'Aisyah. lalu 'Aisyah mencuci kepala beliau sementara dia sedang haid.
Setelah perombakan demi perombakan, akhirnya rumah
para istri Nabi SAW harus digusur pada masa Walid bin Abdul Malik. Abdullah bin
Yazid berkata tentang kejadian penggusuran itu, "Aku melihat rumah-rumah
istri Rasulullah SAW ketika dihancurkan oleh Umar bin Abdul Aziz pada masa
kekhalifahan Walid bin Abdul Malik. Rumah-rumah itu disatukan dengan masjid.
Rumah-rumah itu terbuat dari bata kering, dan ruangan-ruangannya dibuat dari
batang pohon kurma yang disatukan dengan lumpur. Ada sembilan rumah dengan
kamar-kamarnya. Rumah itu dimulai dari rumah 'Aisyah dengan pintu yang
berhadapan dengan pintu kamar Rasulullah SAW, sampai rumah Asma' binti Hasan.
Aku melihat rumah Ummu Salamah dan ruangan-ruangannya terbuat dari bata. Cucu
laki-lakinya berkata, "Ketika Rasulullah SAW menyerang Dumatut jandal,
Ummu Salamah membangun ruangan dengan bata. Ketika Rasulullah SAW datang dan
melihat bata itu, beliau masuk menemui Ummu Salamah rha. dan bertanya, bangunan
apa ini?' Dia menjawab, 'Ya Rasulullah SAW, aku ingin menghalangi pandangan
orang'. Beliau SAW berkata, 'Wahai Ummu Salamah, hal
terburuk bagi seorang Muslim dalam membelanjakan uangnya adalah untuk bangunan.'
Di antara makam dan mimbar, terdapat kamar-kamar
istri Rasulullah SAW yang terbuat dari batang pohon kurma dengan pintu-pintunya
yang ditutupi dengan kain wol hitam. Dan pada hari surat Walid bin Abdul Malik
dibacakan, yang memerintahkan agar kamar, kamar istri-istri Rasulullah SAW
tersebut disatukan dengan masjid Nabi, banyak orang yang menangis kehilangan.
Sa'id bin Musayab rah.a. juga bercerita tentang hari itu, 'Demi Allah, aku
berharap bahwa kamar-kamar itu dibiarkan sebagaimana adanya, sehingga
orang-orang Madinah dan para pengunjung dari jauh bisa melihat seolah-olah
Rasulullah SAW masih hidup. Hal itu termasuk bagian dari hal-hal yang akan
memberi semangat kepada umat untuk menahan diri dari mencari dan menyibukkan
diri atas sesuatu yang tidak berguna di dunia ini'.
lmran bin Abi Anas berkata, 'Di antara rumah-rumah
itu ada empat buah rumah yang terbuat dari bata dengan kamar-kamar dari pohon
kurma. Ada lima rumah dari batang pohon kurma dilapisi lumpur tanpa bata. Aku
mengukur gordennya dan mendapati ukurannya tiga kali satu cubit,
dan areanya itu sedemikian, lebih atau kurang. Sedangkan mengenai tangisan, aku
bisa mengingat kembali diriku pada sebuah perkumpulan yang dihadiri sebagian
sahabat Rasulullah SAW, termasuk Abu Salamah bin Abdurrahman, Abu Umamah bin
Sahal, dan Kharijah bin Zaid. Mereka menangis sampai janggut mereka basah oleh
air mata. Tentang hari itu Abu Umamah berkata, 'Seandainya mereka membiarkan
dan tidak menghancurkannya sehingga orang-orang bisa
menahan diri dari membangun bangunan dan mencukupkan dengan apa yang Allah
ridhai pada Rasul-Nya walaupun kunci harta dunia di tangan beliau.
Referensi:
- Al-Quran Surah 33, ayat 37.
- Ismail bin Abu Khalid dari Abu Aufan ra mendengar Rasulullah saw bersabda: “Berbahagialah Khadijah karena ia akan menerima surga dan permata yang indah, tiada pernah terdengar pertengkaran atau kesulitan di sana”. Rasulullah juga pernah menyebutkan bahwa sebaik-baik perempuan adalah Maryam binti Imran dan Khadijah binti Khuwailid. Begitulah sehingga Aisyah ra seringkali cemburu setiap kali Rasulullah saw menyebut-nyebut nama Khadijah.
- Pernah suatu kali karena tidak tahan mendengar Rasulullah menyanjung mendiang Khadijah, Aisyah berkata: “Wahai Rasulullah…mengapa engkau selalu mengingat-ingat dia. Bukankah Allah telah menggantikannya dengan yang lebih baik dan lebih muda.” Mendengar demikian, Rasulullah menjawab: “Demi Allah… tidak demikian halnya! Allah tidak pernah memberikan pengganti yang lebih mulia darinya. Dialah yang beriman satu-satunya ketika semua orang mendustakanku. Dia yang menerima, dan membenarkan aku ketika semua orang mendustakanku. Dia pula yang melindungiku dengan hartanya di saat semua orang menyisihkan aku. Dia pulalah yang memberiku beberapa putra, sedang dari yang lain tidak mendapatkannya”. Sejak itu Aisyah ra berjanji untuk tidak lagi menyebut-nyebut Khadijah kecuali dalam kebaikan.
- http://inci73.multiply.com/journal/item/20/Mengenal_Keluarga_Rasulullah_SAW
- http://cokiehti.wordpress.com/2008/08/08/jumlah-dan-nama-nama-istri-nabi muhammad-saw/
- http://wildanrahmatullah.wordpress.com/2011/10/25/rumah-rumah-istri-nabi-saw/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar