7 Agustus 2012

Ideologi Pancasila, Mitos?


BAB I
PENDAHULUAN
A.                 Latar belakang masalah
Benarkah pancasila masih bisa dijadikan sebagai ideologi bangsa Indonesia, falsafah atau pandangan hidup? Ataukah hanya sekedar mitos belaka yang kini makin atos (keras) mengejawantahkannya dalam kehidupan sehari-hari? Dengan latar belakang diatas sehingga pembahasan in sangat penting untuk di kaji, diketahui dan di fahami oleh khalayak mahasiswa lebih-lebih mahasiswa UAD fakultas ekonomi yang nantinya terjun ke zona publik.
B.                 Rumusan masalah
    1. Apakah pancasila wujuduhu kaadaihi ?
    2. Apakah tafsir  pancasila bersilat lidah ?
    3. Akankah lem perekat pancasila tetap erat?
 BAB II

PEBAHASAN

A. PANCASILA  
            Pancasila adalah idiologi negara indonesia sehingga pancasila begitu di sanjung dan di monumentalkan dalam rona perjuangan negara yang berbentuk republik ini. Andai saja pancasila  bisa tersenyum, tertawa, menangis dan bersedih layaknya manusia pada umumnya maka tak khayal kalau sang pancasila akan menangis histeris. Karna tidak bisa dipungkiri lagi bahwa orang semakin tidak peduli terhadap pancasila. Maksudnya ada atau tidak adanya pancasila bukan menjadi persoalan. Riil nya Seorang mahasiswa yang berstatus maha tidak bisa melafalkan 5 butir pancasila apalagi mengamalkan . Malu dong sama dunia!! [1] Seperti ungkapan yang sering digunakan dalam dunia ke pesantren yaitu “wujuduhu ka adamihi” benarkah?
            A.1. Beberapa pendapat tentang panasila
            Menurut M. Dawam Rahardjo, banyak kalangan yang menganggap bahwa pancasila itu sebagai sesuatu yang sakti. Bahkan ibarat mantra yang mandraguna. Hal ini bisa digunakan sebagai sesuatu yang daya gunanya sangat legitimasi. Namun katanya, banyak ahli lain beda pendapat seperti diungkapkan oleh teori Daniel Bell tentang the end of ideologi, berakhirnya peran ideologi pada pertengahan abad ke-20.
Namun juga berbeda keyakinan seperti yang diungkap beberapa orang  [2] Katanya, pancasila itu adalah the end of history. Maksudnya sebuah batas akhir dari perkembangan pemikiran ideologis bahwa Indonesia. Konon, ini dipinjam dari istilah Francis Fukuyama tentang tesis faham demokrasi liberal.
Lihat saja negara yang tanpa pancasila sebagai ideologi, banyak yang maju. Hal ini karena tidak terikat oleh doktrin yang totaliter yang membatasi kebebasan berpikir. Akhirnya merekapun bisa bebas berkreasi dan berpikir dalam ranah pengetahuan sebagai pengganti dari ideologi semacam pancasila.
Kalau begitu, bagaimana duduk persoalan pancasila ala Indoensia itu bisa bermain. Dalam kerangka dan nilai apakah sehingga ia bisa membangun masyarakat dan negara. Melihat persoalan ini, Dawam Rahardjo mengklaim bahwa batasan pancasila itu dapat menjadi semacam korelasi nilai di negara yang serba multi. Sebab katanya, negara yang ilmu pengetahuan dan peradaban memerlukan landasan nilai. Tanpa pancasila sebagai sistem nilai, dalam negara, seolah tidak ada lagi penjaga gawang, batas garis dan wasit moral.
Hal ini cukup bisa menjadi ekses negatif. Sebab akan timbul wacana negara federal. Dimana masyarakat yang terdiri dari suku, agama dan golongan akan kehilangan tali pengikatnya. Karena itu menurut Dawam, solidaritas seperti yang diungkapkan oleh Ibnu Khaldun dianggap sebagai fondasi masyarakat dan peradaban akan cair. Nasionalisme dan wawasan atau kebangsaan akan pudar. Akhirnya mengarah kepada timbulnya  primordialisme baru.
Dengan ketiadaan penafsiran yang bersifat totalitarianisme itu, maka kini, pancasila diberi kebebasan untuk ditafsir menurut kebebasan dari berbagai sudut pandang atau perspektif yang berbeda. Tentu saja, kata Dawam, akan menghasilkan perbedaan tafsir dan justru ini sangat bermanfaat sebagai bentuk dinamisasi pemikiran al-firqatu rahatun. Akhirnya menjadilah pancasila itu sebagai ideologi yang terbuka bukan sesuatu yang tertutup dan bebas tafsir. Bahkan [3]Cak Nur seorang pengamat politik pernah berkata bahwa Pancasila itu adalah ideologi yang terbuka yang memungkinkan bisa masuknya berbagai pengauruh, sebagaimana teori Marxis, kondisi ini mempengaruhi kesadaran. Dengan kata lain, perkembangan nilai itu sejalan dengan perkembangan masyarakat. Karenanya, Pancasila mestilah terbuka jangan tertutup dari pengaruh luar.
2. KEBERAGAAN TAFSIR

          Bagaimana tafsir pancasila yang bisa mengejawantah dalam ronah perkembangan kekinian. Ini bisa dilihat dari teori mutakhir menurut Coleman dan Fukuyama. Bahwa Pancasila katanya bisa menjadi jaminan untuk saling percaya antar anak bangsa, gotong royong atau solidaritas. Semuanya itu bisa masuk dalam bingkai nilai trust (kebenaran). Semacam resep penggerak kemajuan bangsa menuju kemoderenan sebagaimana yang telah dicapai bangsa yang lebih dulu maju: Jepang, Jerman, USA dan negara-negara maju lainya
2.1 Masalah-masalah yang timbul
Masalahnya kemudian mengapa bangsa ini justru terpuruk oleh berbagai persoalan seperti elite yang doyan korupsi katakan saja Soeharto mantan presiden RI bukan lagi hitungan juta melainkan 15 M-35 M[4], kekearasan antara agama, terorisme dan berbagai gejala disintegrasi?
Dalam kacamata kang Dawam, persoalan itu bisa dilihat dari berbagai hipotesa. Salah jawabannya yang pertaa adalah bahwa hal tersebut karena hilangnya sebuah keteladanan dari para elit. Alih-alih mereka menjadi pemimpin bangsa yang damai, justru melahirkan banyak kebobrokan yang timbul karena contoh yang buruk terutama dalam korupsi yang cukup membuat urat malu hampir putus.
Kedua, nilai pancasila itu tidak dipahami dalam kalangan kelas menengah kota. Tapi masih dalam benak orang-orang kampung: gotong royong, berani berkorban dan keikhlasan berbuat. Namun kini, nilai-nilai itu pun kini hampir hilang di dunia pedesaaan. Hal ini pun tidak dipungkiri akibat pengaruh gaya dan contoh yang ditonjolkan secara centang perenang di kalangan kota, uatamanya para elit.
Ketiga, bangsa kita masih dipengaruhi oleh globalisasi dan kapitalisme. Hal ini menurut akan memberi sumbangan besar terhadap daya tahan budaya dan kultur bangsa. Sebab jangan-jangan budaya asing itu akan lebih baik dari budaya lokal. Otomatis bangsa Indonesia yang masih miskin dan terbelakang (bodoh) ini akan makin rawan saja. Karena itu solusinya adalah mengembangkan dan menggiatkan pendidikan yang dinamis.
Keempat, Pancasila lahir dari fakta bhineka tunggal ika. Keberagaman yang sangat gampang melahirkan berbagai gesekan budaya ini mesti ada sebuah lem perkat antar budaya. Kenyataan ini sebagaimana diungkap Denys Lombart, Indoensia dibangun di atas geologi kebudayaan yang berlapis-lapis yang menghasilkan masyarakat plural dan multikultural yang mengandung potensi konflik. Tak ada cara lain kecuali adanya pengikat.
Kelima, bangsa kitapun terbangun atas dasar pondasi geologi budaya. Karenanya, kata kang Dawam sejak agama Budha, Hindu, Islam dan Konghucu juga Kristen berada di antara kita, maka Pancasila juga merupakan jawaban pada tantangan masyarakat yang makin dewasa dan majemuk.

 
BAB III
PENUTUP
Karena itu, pancasila sebagai perekat bangsa dan sebuah ideologi, dengan penafsiran terbuka masih mampu sebagai jembatan multikultur. Tentu saja dengan membauat penafsiran baru akan semakin memberi nuansa pemikiran yang bisa mempersatukan dalam perbedaan dan membedakan dalam konteks kebersamaan. Karena itu ideologi pancasila bukan lagi sebagai sesuatu yang patut ditinggalkan karena dia bukan mitos yang semakin atos. Wallahu a’lam.
KRITIK DAN SARAN
No one perfect this world sehingga terlalu mungkin dalam pembuatan  makalah yang berjudul PANCASILA M ITOS YANG MAKIN ATOS ada kekurangan dalam hal apapun kami sangat mengharap kritik dan saran yang progresif sehingga nantinya bisa dibuat acuan untuk mendekati kesempurnaan.
  

DAFTAR PUSTAKA
            www. Santribuntet wordpress. Com
DR. Kaelani,M.S, pendidikan pancasila, cetakan ke delapan,
penerbit Offest, Yogyakarta
           


[1] Naga bonar  jadi dua dalam serial keindonesiaan
[2] oleh Mubyarto, Sri-Edi Swasono, dan Sri Arif.
[3] Nur kholis Majid seorang pengamat politik
[4] Koran KOMPAS 20 September 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. solihat collection - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger