7 Agustus 2012

Potret Keluarga Rasulullah SAW



A.     Istri-Istri Rasulullah SAW
Pada awalnya, keluarga Nabi Muhammad SAW tidak jauh berbeda dengan yang lain. Beliau menikah dengan Khadijah binti Khuwaylid, seorang saudagar kaya yang saat itu telah menjadi janda. Rasulullah telah bekerja sebagai manager ekspedisi perniagaan Khadijah sebelum beliau mengawininya.
Beliau sangat mencintai dan menyayangi Khadijah sampai akhir hayatnya, dan hanya menikah lagi sepeninggal Khadijah. Ada banyak kisah yang menceritakan betapa cinta dan sayangnya Rasulullah SAW kepada istrinya ini. Ismail bin Abu Khalid dari Abu Aufan ra mendengar Rasulullah saw bersabda: “Berbahagialah Khadijah karena ia akan menerima surga dan permata yang indah, tiada pernah terdengar pertengkaran atau kesulitan di sana”. Rasulullah juga pernah menyebutkan bahwa sebaik-baik perempuan adalah Maryam binti Imran dan Khadijah binti Khuwailid. Begitulah sehingga Aisyah ra seringkali cemburu setiap kali Rasulullah saw menyebut-nyebut nama Khadijah.
Pernah suatu kali karena tidak tahan mendengar Rasulullah menyanjung mendiang Khadijah, Aisyah berkata:

“Wahai Rasulullah…mengapa engkau selalu mengingat-ingat dia. Bukankah Allah telah menggantikannya dengan yang lebih baik dan lebih muda.”
Mendengar demikian, Rasulullah menjawab:
“Demi Allah… tidak demikian halnya! Allah tidak pernah memberikan pengganti yang lebih mulia darinya. Dialah yang beriman satu-satunya ketika semua orang mendustakanku. Dia yang menerima, dan membenarkan aku ketika semua orang mendustakanku. Dia pula yang melindungiku dengan hartanya di saat semua orang menyisihkan aku. Dia pulalah yang memberiku beberapa putra, sedang dari yang lain tidak mendapatkannya”.
Sejak itu Aisyah ra berjanji untuk tidak lagi menyebut-nyebut Khadijah kecuali dalam kebaikan.
Kesebelas perkawinan Rasulullah SAW dilatarbelakangi oleh beberapa hal: karena alasan pribadi, kebanyakannya adalah janda yang ditinggal mati suaminya. Bahkan beberapa diantaranya adalah janda yang tak seorangpun ingin mengawininya. Alasan lainnya sedikit politis, untuk menjalin hubungan dan membangun jaringan.
Berikut ini nama-nama “Ummahatu l-Mu’minin” menurut kronologi pernikahan mereka dengan Rasulullah SAW:
1.      Rasulullah SAW menikah dengan Khadijah (556-619 M) pada tahun 595 M. Saat itu Khadijah telah berusia antara 40 dan 45 tahun. Rumah-tangga beliau bertahan mesra selama 25 tahun hingga wafatnya Khadijah. Tiga tahun sebelim Nabi hijrah ke Madinah. Dari perkawinan ini beliau dikaruniai tujuh orang anak: tiga putra (Al-Qasim dan Abdullah) yang meninggal dunia sewaktu masih kecil dan empat putri (Zainab, Ruqayyah, Umm Kaltsum, dan Fatimah). Khadijah meninggal pada umur 65 tahun dan tercatat sebagai orang pertama yang mengakui kerasulan suaminya.
2.      Selang beberapa lama setelah wafatnya Khadijah r.a, Nabi Muhammad SAW menikahi seorang wanita Quraish, Saudah binti Zam’a (596 – 674 M) pada tahun 631 M, ketika Saudah berumur 35 tahun. Dia adalah janda dari Sakran bin 'Amr bin Abdi Syams yang turut berhijrah ke Habsyah (Abyssinia, Ethiopia). Sejak menjanda, ia hidup sebatang kara. Andai kembali ke keluarganya ia pasti dipaksa menjadi kafir. Oleh karena itu, Nabi menyelamatkannya dengan menikahinya.
3.      A’isyah (614-678 M) adalah putri dari Abu Bakr. Dia berumur antara 6 hingga 9 tahun ketika Rasulullah menikahinya. Tetapi mereka baru bercampur setelah Aisyah cukup umur, yaitu pada tahun 623/624 M. Aisyah ra adalah satu-satunya istri Rasulullah saw yang dinikahi saat masih gadis. Banyak kelebihan yang dimilikinya terutama dalam hal kecerdasan, keilmuan serta kepahlawanannya. Tidak mengherankan, sebab ia mendapat bimbingan langsung dari Rasulullah saw dalam hal ini. Selain terkenal dengan kemurahan hati dan kedermawanannya, Aisyah juga dikenal tekun beribadah. Ia diakui sangat cerdas dan mempunyai ingatan yang kuat. Maka banyak pemuka sahabat yang bertanya kepadanya tentang sebagian hukum-hukum yang sulit bagi mereka. Sejumlah ayat al-Qur’an diriwiyatkan telah turun berkenaan dengan Aisyah. Di antaranya ayat tentang dibolehkannya tayamum dalam ketiadaan air. Begitu pula ayat yang menampik tuduhan negatif (hadits al-ifk) dan membersihkan dirinya dari fitnah.
4.      Hafsah, 18, adalah putri dari Umar bin al-Khattab dan seorang janda dari Khunais bin Hudzaifah yang gugur sebagai syahid dalam Perang Badar. Beliau dinikahi Rasulullah saw tidak lama setelah perang usai. Ia pernah ikut dalam ekspedisi ke Abyssinia dan kawin dengan Rasulullah saw pada tahun 625 M. Rasulullah saw pernah ingin menceraikannya, akan tetapi dicegah oleh Malaikat Jibril, dan tentang hal ini, ada dua pendapat yang berbeda. Satu menyebutkan bahwa Jibril datang setelah Rasulullah saw menceraikannya. Jibril berkata, “Kembalilah kepada Hafsah. Dialah wanita yang tekun berpuasa dan bangun di tengah malam. Dia wanita yang pantas menjadi istrimu kelak di surga.” Riwayat lain menyebutkan bahwa Jibril melarang perceraian itu ketika Rasulullah saw memutuskan untuk menceraikannya, yakni sebelum perceraian itu terjadi. Hafsah ra lahir pada tahun 607 M. Para ahli sejarah berbeda pendapat mengenai tahun wafatnya. Ada yang mengatakan pada 648 M, ada yang mengatakan pada 662 M dan ada juga yang mengatakan belai wafat pada 665 M.
5.      Zainab binti Khuzaimah adalah janda dari ‘Ubaidah. Beliau dikenal sebagai Umm al-Masakin atau ibu orang miskin karena kedermawanannya. Lahir pada tahun 595 M. Hanya sempat dua bulan bersama Rasulullah, Zainab meninggal dunia pada usia 31 tahun, yaitu pada tahun 626 M.
6.      Ummu Salamah (599–683 M) adalah janda dari Abu Salamah. Nama sebenarnya adalah Hind binti Abi Umayyah. Ada satu kisah dimana Abu Salama menceritakan kepada istrinya tentang kemuliaan Rasulullah saw yang amat dicintainya. Yaitu bahwa Rasulullah saw telah bersabda: “Siapapun yang tertimpa musibah dan mengucap inna lillahi wa inna ilaihi raji’un”, dan berdoa dengan: “Ya Allah… saya menyerahkan musibah yang kualami ini kepada-Mu. Ya Allah…gantilah untukku dengan yang lebih baik”, pasti Allah akan menggantikannya dan mengabulkan permohonan itu. Doa dan ucapan itulah yang diucapkan Ummu Salamah kala mendengar Abu Salamah gugur sebagai syahid dalam satu pertempuran. Ketika selesai masa iddahnya, datang Abu Bakar ra meminangnya. Ummu Salamah menolak pinangan itu. Kemudian datanglah utusan Rasulullah saw meminangnya. Akhirnya mereka pun menikah dengan pemberian yang sama untuk semua istri.
7.      Zainab binti Jahsy, 40 tahun, adalah mantan istri Zaid bin Haritsah, anak angkat Rasulullah saw. Setelah diceraikan suaminya, Zainab dinikahi oleh Rasulullah saw atas perintah Allah, meskipun beliau pada awalnya enggan dan khawatir akan dikritik masyarakat. Namun perkawinan ini agak istimewa, karena pada acara walimahnya disuguhkan daging dan roti. Zainab binti Jahsy meninggal pada tahun 641 M pada usia antara 50 dan 53 tahun pada masa awal pemerintahan Khalifah Umar.
8.      Juwairiyah binti al-Harits (605-670 M), Nabi saw menikahinya untuk melunakkan hati sukunya kepada Islam. Ia putri dari al-Harits bin Dhirar, pemimpin Bani Mustalik yang pernah berkomplot untuk membunuh Nabi saw. Namun kemudian berhasil ditaklukkan.
9.      Ummu Habiba binti Abi Sufyan (591-665 M) adalah janda dari ‘Ubaid dan putri dari Abu Sufyan, seorang pembesar Quraisy yang amat disegani di Mekkah dan dikenal paling gigih menentang dakwah Nabi Muhammad saw. Nama asli Ummu Habibah adalah Ramlah. Rasulullah saw menikahinya dengan lewat seorang utusan karena saat itu Ummu Habibah sedang berada di Abyssinia. Beliau wafat pada zaman pemerintahan Mu'awiyah.
10.  Shafiyyah binti Huyayy (628–672 M) adalah janda dari Kinanah, salah seorang tokoh Yahudi yang terbunuh dalam perang Khaibar. Shafiyah adalah salah satu istri Rasulullah saw yang berlatarbelakang etnis Yahudi. Sukunya diserang karena telah melanggar perjanjian yang sudah mereka sepakati dengan kaum Muslimin. Shafiyyah termasuk salah seorang tawanan saat itu. Nabi berjanji menikahinya jika ia masuk Islam. Maka masuklah ia dalam Islam dan menikah dengan Rasulullah saw pada usia 17 tahun pada 628 M.
11.  Maimunah binti al-Harits (602- 681 M) adalah saudara perempuan ‘Abbas, janda dari Abd al-Rahman bin Abdil-Uzza. Ketika dinikahi oleh Rasulullah saw, Maimuna sudah berusia 51 tahun. Ia adalah istri terakhir Nabi. Beliau menikahinya sebagai penghormatan bagi keluarganya yang telah saling tolong menolong dengannya.
Rasulullah juga mempunyai dua orang hamba sahaya: 1) Rayhanah binti Zayd, seorang Yahudi Bani Nadhir mantan tawanan perang yang kemudian dibebaskan dan dinikahi oleh Rasulullah saw. 2) Mariyah, seorang hamba sahaya yang di hadiahkan kepadanya oleh penguasa Mesir. Darinya lahir putra Rasulullah saw yang bernama Ibrahim (meninggal ketika masih berumur dua tahun).
B.     RUMAH-RUMAH ISTRI NABI SAW
Ketika rombongan keluarga Nabi SAW dan Abu Bakar Ash-Shiddiq ra. sampai di Madinah, ketika itu Rasulullah SAW sedang membangun masjid dan ruangan-ruangan di sekeliling masjid itu. Lalu Nabi SAW menempatkan mereka di sebuah rumah milik Haritsah bin Nu'man ra. Rasulullah SAW menyempurnakan pernikahannya dengan 'Aisyah di ruangan itu. Dan Rasulullah SAW pun dikuburkan di tempat yang sama. Haritsah bin Nu'man memiliki beberapa rumah di sekitar masjid Nabawi. Apabila Rasulullah SAW menikahi seseorang, maka Haritsah akan pindah dari rumahnya demi beliau, sehingga akhirnya semua rumahnya digunakan untuk Rasulullah SAW dan istri-istri beliau. Nabi SAW membuat pintu masuk ke masjid meialui pintu kamar 'Aisyah. Sehingga diriwayatkan bahwa ketika beliau sedang beri'tikaf, beliau nienjengukkan kepalanya dari masjid lewat pintu 'Aisyah. lalu 'Aisyah mencuci kepala beliau sementara dia sedang haid.
Setelah perombakan demi perombakan, akhirnya rumah para istri Nabi SAW harus digusur pada masa Walid bin Abdul Malik. Abdullah bin Yazid berkata tentang kejadian penggusuran itu, "Aku melihat rumah-rumah istri Rasulullah SAW ketika dihancurkan oleh Umar bin Abdul Aziz pada masa kekhalifahan Walid bin Abdul Malik. Rumah-rumah itu disatukan dengan masjid. Rumah-rumah itu terbuat dari bata kering, dan ruangan-ruangannya dibuat dari batang pohon kurma yang disatukan dengan lumpur. Ada sembilan rumah dengan kamar-kamarnya. Rumah itu dimulai dari rumah 'Aisyah dengan pintu yang berhadapan dengan pintu kamar Rasulullah SAW, sampai rumah Asma' binti Hasan. Aku melihat rumah Ummu Salamah dan ruangan-ruangannya terbuat dari bata. Cucu laki-lakinya berkata, "Ketika Rasulullah SAW menyerang Dumatut jandal, Ummu Salamah membangun ruangan dengan bata. Ketika Rasulullah SAW datang dan melihat bata itu, beliau masuk menemui Ummu Salamah rha. dan bertanya, bangunan apa ini?' Dia menjawab, 'Ya Rasulullah SAW, aku ingin menghalangi pandangan orang'. Beliau SAW berkata, 'Wahai Ummu Salamah, hal terburuk bagi seorang Muslim dalam membelanjakan uangnya adalah untuk bangunan.'
Di antara makam dan mimbar, terdapat kamar-kamar istri Rasulullah SAW yang terbuat dari batang pohon kurma dengan pintu-pintunya yang ditutupi dengan kain wol hitam. Dan pada hari surat Walid bin Abdul Malik dibacakan, yang memerintahkan agar kamar, kamar istri-istri Rasulullah SAW tersebut disatukan dengan masjid Nabi, banyak orang yang menangis kehilangan. Sa'id bin Musayab rah.a. juga bercerita tentang hari itu, 'Demi Allah, aku berharap bahwa kamar-kamar itu dibiarkan sebagaimana adanya, sehingga orang-orang Madinah dan para pengunjung dari jauh bisa melihat seolah-olah Rasulullah SAW masih hidup. Hal itu termasuk bagian dari hal-hal yang akan memberi semangat kepada umat untuk menahan diri dari mencari dan menyibukkan diri atas sesuatu yang tidak berguna di dunia ini'.
lmran bin Abi Anas berkata, 'Di antara rumah-rumah itu ada empat buah rumah yang terbuat dari bata dengan kamar-kamar dari pohon kurma. Ada lima rumah dari batang pohon kurma dilapisi lumpur tanpa bata. Aku mengukur gordennya dan mendapati ukurannya tiga kali satu cubit, dan areanya itu sedemikian, lebih atau kurang. Sedangkan mengenai tangisan, aku bisa mengingat kembali diriku pada sebuah perkumpulan yang dihadiri sebagian sahabat Rasulullah SAW, termasuk Abu Salamah bin Abdurrahman, Abu Umamah bin Sahal, dan Kharijah bin Zaid. Mereka menangis sampai janggut mereka basah oleh air mata. Tentang hari itu Abu Umamah berkata, 'Seandainya mereka membiarkan dan tidak menghancurkannya sehingga orang-orang bisa menahan diri dari membangun bangunan dan mencukupkan dengan apa yang Allah ridhai pada Rasul-Nya walaupun kunci harta dunia di tangan beliau.
Referensi:
  1. Al-Quran Surah 33, ayat 37.
  2. Ismail bin Abu Khalid dari Abu Aufan ra mendengar Rasulullah saw bersabda: “Berbahagialah Khadijah karena ia akan menerima surga dan permata yang indah, tiada pernah terdengar pertengkaran atau kesulitan di sana”. Rasulullah juga pernah menyebutkan bahwa sebaik-baik perempuan adalah Maryam binti Imran dan Khadijah binti Khuwailid. Begitulah sehingga Aisyah ra seringkali cemburu setiap kali Rasulullah saw menyebut-nyebut nama Khadijah.
  3. Pernah suatu kali karena tidak tahan mendengar Rasulullah menyanjung mendiang Khadijah, Aisyah berkata: “Wahai Rasulullah…mengapa engkau selalu mengingat-ingat dia. Bukankah Allah telah menggantikannya dengan yang lebih baik dan lebih muda.” Mendengar demikian, Rasulullah menjawab: “Demi Allah… tidak demikian halnya! Allah tidak pernah memberikan pengganti yang lebih mulia darinya. Dialah yang beriman satu-satunya ketika semua orang mendustakanku. Dia yang menerima, dan membenarkan aku ketika semua orang mendustakanku. Dia pula yang melindungiku dengan hartanya di saat semua orang menyisihkan aku. Dia pulalah yang memberiku beberapa putra, sedang dari yang lain tidak mendapatkannya”. Sejak itu Aisyah ra berjanji untuk tidak lagi menyebut-nyebut Khadijah kecuali dalam kebaikan.
  4. http://inci73.multiply.com/journal/item/20/Mengenal_Keluarga_Rasulullah_SAW
  5. http://cokiehti.wordpress.com/2008/08/08/jumlah-dan-nama-nama-istri-nabi muhammad-saw/
  6. http://wildanrahmatullah.wordpress.com/2011/10/25/rumah-rumah-istri-nabi-saw/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. solihat collection - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger